Sabtu, 10 November 2018

jurnal efek tanaman mangrof terhadap tsunami


KONSERVASI AIR
EFEK TANAMAN MANGROVE TERHADAP TSUNAMI
Chintya Adelika Nababan
Mahasiswi Jurusan Teknik Sipil, Faskultas Teknik Sipil dan Perencanaan, 
Universitas Gunadarma
Email : cynthiaadelika@gmail.com
ABSTRAK
Hutan bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis. Hutan mangrove juga memiliki fungsi untuk meredam gelombang air pada saat tsunami dibantu oleh akar dari tumbuhan mangrove yang kuat.
Kata Kunci : Hutan Mangrove, Tsunami 

ABSTRACT
Mangrove forests or commonly known as Mangroove is one type of forest that cannot and is protected forest, which has many functions to keep the land from tides. The mangrove plants themselves are very located on the edge of the beach which is directly adjacent to the sea. Mangrove forests are also often termed as coast guards, because mangroves in particular are the first thing that will guarantee the beach or even from the air. Ecologically, mangrove forests can be a barrier to abrasion or erosion, waves or strong winds, sea air controllers and habitat for various types of fauna. Mangrove ecosystems, both independently and together with grassland and coral ecosystems, are useful in stabilizing ecosystems, both physically and biologically. Mangrove forests also have a function to reduce waves during the tsunami assisted by the roots of strong mangrove plants.
Keywords: Mangrove Forest, Tsunami

PENDAHULUAN

Konservasi sumber daya air adalah usaha untuk memelihara keberadaan, sifat dan fungsi, serta keberlanjutan sumber daya air supaya senantiasa tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis.

PENGERTIAN MANGROVE

Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (dalam Harianto, 1999), hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Sedangkan menurut Soerianegara mendevinisikan hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh:
1.             tidak terpengaruh iklim
2.             dipengaruhi pasang surut
3.             tanah tergenang air laut
4.             tanah rendah pantai
5.             hutan tidak mempunyai struktur tajuk.
Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat terdapat  disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut. Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-batu. Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu tergenang air tawar. Oleh karena itu, hutan rawa terdapat di daerah yang landai, biasanya terletak di belakang hutan payau.

FUNGSI MANGROVE

Fungsi ekosistem mangrove  mencakup fungsi  fisik (menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan mangrove memiliki fungsi salah satunya yang sangat mencolok yaitu hutan mangrove secara mencolok mengurangi dampak negatif dari bencana tsunami di pesisir pantai berbagai Negara di Asia. Hal ini terjadi karena adanya jenis tanaman mangrove yaitu Rhizophora. Rhizophora memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun Rhizophora (bakau). Hutan mangrove mengurangi dampak tsunami melalui dua cara, yaitu: kecepatan air berkurang karena pergesekan dengan hutan mangrove yang lebat, dan volume air dari gelombang tsunami yang sampai ke daratan menjadi sedikit karena air tersebar ke banyak saluran (kanal) yang terdapat di ekosistem mangrove.

ANALISIS EFEK MANGROVE TERHADAP TSUNAMI

Kegunaan serta keefektifan perlindungan Mangrove Forest terhadap bencana tsunami belum dipahami secara menyeluruh (relatively poorly understood)

a.      Hutan Mangrove Positif Aspek

Ditinjau dari aspek positifnya, hutan bakau dapat berfungsi untuk mengurangi abrasi pantai dan berperan sebagai penghalang alamiah terhadap typhoon, cyclones, hurricanes dan tsunami. Mangrove trees species that inhabit lower tidal zones  dapat menahan atau mengurangi gelombang dengan akar yang memiliki tinggi 30cm sampai 1m dari circumference. Pepohonan yang ada pada kawasan  Hutan Bakau dapat melindungi daratan dari hempasan angin dan memperthankan sedimen tanah pada akarnya yang menjaga kemiringan pantai sehingga dapat menyerap kekuatan dari tidal waves.
Dalam beberpa “EXPERIMEN” yang dilakukan oleh EqTAP menunjukan bahwa melalui analis permodelan bahwa Mangrove dengan luas 100m dan didalamnya terdapat 30 batang pohon akan dapat mengurangi kecepatan aliran tsunami sebesar 90%(Mangroves Natural Defences Againts Tsunamy, Env ironmental Justice Fondation).

      b.   Hutan Mangrove Negatif Aspek

Hutan mangrove ternyata ditemukan aspek negatifnya, seperti pada tsunami yang terjadi di NAD merupakan salah satu Tsunami terbesar sepanjang sejarah dan tidak ada yang dapat mengurangi kekuatannya. Hutan Bakau  dengan kondisi yang tidak terwat dengan tingkat kerimbunan yang rendah (jarak antar pepohonan berjauhan) akan tersapu tsunami dan dapat menjadi “proyektil” yang dilontarkan bersama gelombang tsunami menghancurkan segala sesuatu yang ada dihadapannya dan menjadi penyebab hilanya nyawa dan rusaknya fasilitas infrastruktur.

METODE VEGETATIF PADA MANGROVE

Untuk melakukan penilaian efek tsunami, diberikan beberapa ilustrasi yaitu apabila terjadi tsunami yang relatif kecil, dengan ketinggian <3m, maka hutan mangrove dapat menahan hantaman tsunami sehingga tidak mencapai areal pemukiman. Selain aspek tsunaminya yang kecil, juga ketinggian dan kerapatan mangrove perlu diperhitungkan. etapi apabila tsunami yang terjadi sangat besar, seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004 yang mencapai 28 m, maka mangrove tidak akan mampu menahan terjangan tsunami. Ketinggian mangrove bisa mencapai 3-10 m, dan tidak signifikan untuk membendung arus tsunami hingga 20-30m. Akibatnya mangrove akan tercerabut dari akarnya dan ikut beterbangan bersama air dan justru menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang diterjang. Air justru akan membawa massa yang lebih banyak, dan akan semakin merusak.
Kemungkinan lain, mangrove tidak mengalami kerusakan, walaupun tsunami yang datang jauh lebih tinggi. Mangrove “dilompati” oleh tsunami tetapi tidak mengalami kerusakan.Tapi apa yang terjadi? Mangrove menjadi semacam “dam’ yang membendung arus balik. Air yang menerjang daratan, kemudian akan mengalir kembali ke lautan. Tetapi karena ada hutan mangrove yang masih rapat dan bagus, maka akses menjadi terhambat. Hal itu mengakibatkan areal pemukiman yang dilanda tsunami semakin lama terendam.

Gambar 2.1 Efek pohon mangrove terhadap tsunami
Kemampuan Hutan Bakau Dalam Menghadapai Tsunamy Tergantung Pada
1.      Karakter Tsunami
a.         Energy gelombang.
b.         Tinggi Gelombang.
c.         Bathymetry (Topografi dasar laut)
d.        Topografi Pantai
2.      Karakter Hutan Bakau
a.       Lebar Hutan Bakau.
b.      To A Lesser Extend.
c.       Tinggi Tanaman Bakau.
d.      Kerapatan Hutan Bakau.
Spesies Pohon Yang ada. Hutan Bakau akan menjadi lebih kuat menghadapi tsunami jika didukung oleh adanya green belt of other trees, vegetated coastal dunes, sea grass bed dan gugusan karang
Ketinggian mangrove rata-rata pada kawasan mangrove alami di Teluk Bintuni, Papua Barat adalah 10 m. Ketinggian ini adalah cukup, untuk membendung ketinggian gelombang tsunami antara 10-15.


KESIMPULAN

Fungsi ekosistem mangrove  mencakup fungsi  fisik (menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan mangrove hanya efektif untuk mencegah dampak buruk tsunami apabila:
1.      Ketinggian tsunami yang terjadi <3m
2.      Hutan Mangrove terawat dengan baik
Sedangkan apabila tsunami yang terjadi sangat besar (20-50m), maka hutan mangrove justru akan merugikan. Karena mangrove akan rusak dan menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang dilanda tsunami, dan menimbulkan kerusakan yang lebih besar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar