Sabtu, 10 November 2018

jurnal efek tanaman mangrof terhadap tsunami


KONSERVASI AIR
EFEK TANAMAN MANGROVE TERHADAP TSUNAMI
Chintya Adelika Nababan
Mahasiswi Jurusan Teknik Sipil, Faskultas Teknik Sipil dan Perencanaan, 
Universitas Gunadarma
Email : cynthiaadelika@gmail.com
ABSTRAK
Hutan bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis. Hutan mangrove juga memiliki fungsi untuk meredam gelombang air pada saat tsunami dibantu oleh akar dari tumbuhan mangrove yang kuat.
Kata Kunci : Hutan Mangrove, Tsunami 

ABSTRACT
Mangrove forests or commonly known as Mangroove is one type of forest that cannot and is protected forest, which has many functions to keep the land from tides. The mangrove plants themselves are very located on the edge of the beach which is directly adjacent to the sea. Mangrove forests are also often termed as coast guards, because mangroves in particular are the first thing that will guarantee the beach or even from the air. Ecologically, mangrove forests can be a barrier to abrasion or erosion, waves or strong winds, sea air controllers and habitat for various types of fauna. Mangrove ecosystems, both independently and together with grassland and coral ecosystems, are useful in stabilizing ecosystems, both physically and biologically. Mangrove forests also have a function to reduce waves during the tsunami assisted by the roots of strong mangrove plants.
Keywords: Mangrove Forest, Tsunami

PENDAHULUAN

Konservasi sumber daya air adalah usaha untuk memelihara keberadaan, sifat dan fungsi, serta keberlanjutan sumber daya air supaya senantiasa tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis.

PENGERTIAN MANGROVE

Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (dalam Harianto, 1999), hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Sedangkan menurut Soerianegara mendevinisikan hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh:
1.             tidak terpengaruh iklim
2.             dipengaruhi pasang surut
3.             tanah tergenang air laut
4.             tanah rendah pantai
5.             hutan tidak mempunyai struktur tajuk.
Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat terdapat  disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut. Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-batu. Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu tergenang air tawar. Oleh karena itu, hutan rawa terdapat di daerah yang landai, biasanya terletak di belakang hutan payau.

FUNGSI MANGROVE

Fungsi ekosistem mangrove  mencakup fungsi  fisik (menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan mangrove memiliki fungsi salah satunya yang sangat mencolok yaitu hutan mangrove secara mencolok mengurangi dampak negatif dari bencana tsunami di pesisir pantai berbagai Negara di Asia. Hal ini terjadi karena adanya jenis tanaman mangrove yaitu Rhizophora. Rhizophora memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun Rhizophora (bakau). Hutan mangrove mengurangi dampak tsunami melalui dua cara, yaitu: kecepatan air berkurang karena pergesekan dengan hutan mangrove yang lebat, dan volume air dari gelombang tsunami yang sampai ke daratan menjadi sedikit karena air tersebar ke banyak saluran (kanal) yang terdapat di ekosistem mangrove.

ANALISIS EFEK MANGROVE TERHADAP TSUNAMI

Kegunaan serta keefektifan perlindungan Mangrove Forest terhadap bencana tsunami belum dipahami secara menyeluruh (relatively poorly understood)

a.      Hutan Mangrove Positif Aspek

Ditinjau dari aspek positifnya, hutan bakau dapat berfungsi untuk mengurangi abrasi pantai dan berperan sebagai penghalang alamiah terhadap typhoon, cyclones, hurricanes dan tsunami. Mangrove trees species that inhabit lower tidal zones  dapat menahan atau mengurangi gelombang dengan akar yang memiliki tinggi 30cm sampai 1m dari circumference. Pepohonan yang ada pada kawasan  Hutan Bakau dapat melindungi daratan dari hempasan angin dan memperthankan sedimen tanah pada akarnya yang menjaga kemiringan pantai sehingga dapat menyerap kekuatan dari tidal waves.
Dalam beberpa “EXPERIMEN” yang dilakukan oleh EqTAP menunjukan bahwa melalui analis permodelan bahwa Mangrove dengan luas 100m dan didalamnya terdapat 30 batang pohon akan dapat mengurangi kecepatan aliran tsunami sebesar 90%(Mangroves Natural Defences Againts Tsunamy, Env ironmental Justice Fondation).

      b.   Hutan Mangrove Negatif Aspek

Hutan mangrove ternyata ditemukan aspek negatifnya, seperti pada tsunami yang terjadi di NAD merupakan salah satu Tsunami terbesar sepanjang sejarah dan tidak ada yang dapat mengurangi kekuatannya. Hutan Bakau  dengan kondisi yang tidak terwat dengan tingkat kerimbunan yang rendah (jarak antar pepohonan berjauhan) akan tersapu tsunami dan dapat menjadi “proyektil” yang dilontarkan bersama gelombang tsunami menghancurkan segala sesuatu yang ada dihadapannya dan menjadi penyebab hilanya nyawa dan rusaknya fasilitas infrastruktur.

METODE VEGETATIF PADA MANGROVE

Untuk melakukan penilaian efek tsunami, diberikan beberapa ilustrasi yaitu apabila terjadi tsunami yang relatif kecil, dengan ketinggian <3m, maka hutan mangrove dapat menahan hantaman tsunami sehingga tidak mencapai areal pemukiman. Selain aspek tsunaminya yang kecil, juga ketinggian dan kerapatan mangrove perlu diperhitungkan. etapi apabila tsunami yang terjadi sangat besar, seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004 yang mencapai 28 m, maka mangrove tidak akan mampu menahan terjangan tsunami. Ketinggian mangrove bisa mencapai 3-10 m, dan tidak signifikan untuk membendung arus tsunami hingga 20-30m. Akibatnya mangrove akan tercerabut dari akarnya dan ikut beterbangan bersama air dan justru menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang diterjang. Air justru akan membawa massa yang lebih banyak, dan akan semakin merusak.
Kemungkinan lain, mangrove tidak mengalami kerusakan, walaupun tsunami yang datang jauh lebih tinggi. Mangrove “dilompati” oleh tsunami tetapi tidak mengalami kerusakan.Tapi apa yang terjadi? Mangrove menjadi semacam “dam’ yang membendung arus balik. Air yang menerjang daratan, kemudian akan mengalir kembali ke lautan. Tetapi karena ada hutan mangrove yang masih rapat dan bagus, maka akses menjadi terhambat. Hal itu mengakibatkan areal pemukiman yang dilanda tsunami semakin lama terendam.

Gambar 2.1 Efek pohon mangrove terhadap tsunami
Kemampuan Hutan Bakau Dalam Menghadapai Tsunamy Tergantung Pada
1.      Karakter Tsunami
a.         Energy gelombang.
b.         Tinggi Gelombang.
c.         Bathymetry (Topografi dasar laut)
d.        Topografi Pantai
2.      Karakter Hutan Bakau
a.       Lebar Hutan Bakau.
b.      To A Lesser Extend.
c.       Tinggi Tanaman Bakau.
d.      Kerapatan Hutan Bakau.
Spesies Pohon Yang ada. Hutan Bakau akan menjadi lebih kuat menghadapi tsunami jika didukung oleh adanya green belt of other trees, vegetated coastal dunes, sea grass bed dan gugusan karang
Ketinggian mangrove rata-rata pada kawasan mangrove alami di Teluk Bintuni, Papua Barat adalah 10 m. Ketinggian ini adalah cukup, untuk membendung ketinggian gelombang tsunami antara 10-15.


KESIMPULAN

Fungsi ekosistem mangrove  mencakup fungsi  fisik (menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan mangrove hanya efektif untuk mencegah dampak buruk tsunami apabila:
1.      Ketinggian tsunami yang terjadi <3m
2.      Hutan Mangrove terawat dengan baik
Sedangkan apabila tsunami yang terjadi sangat besar (20-50m), maka hutan mangrove justru akan merugikan. Karena mangrove akan rusak dan menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang dilanda tsunami, dan menimbulkan kerusakan yang lebih besar

PERBEDAAN SKRIPSI, MAKALAH, JURNAL


Makalah
Pengertian Makalah secara umum adalah salah satu jenis karya tulis yang bersifat ilmiah dengan pembahasan permasalahan tertentu berdasarkan hasil kajian teori atau kajian lapangan.  Umumnya pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas tertentu seperti tugas akademik maupun tugas non-akademik.
Sebuah makalah dapat sebagai sarana informasi, demonstrasi dan pemahaman penulis tentang pokok permasalahan yang dikaji oleh penulis dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan masalah tertentu. Selain itu, makalah bukan sebuah rangkuman namun sebagai sarana untuk menunjukkan kemampuan pemahaman terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah.
Fungsi yang harus dipenuhi sebuah makalah antara lain:
1.      Untuk melatih penulis agar mampu menyusun karya ilmiah secara benar dan cermat
2.      memperluas wawasan keilmuan bagi penulisnya
3.      memberikan sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoretis maupun konsep praktis
4.      memberikan manfaat bagi perkembangan konsep keilmuan maupun pemecahan masalah
Pembuatan sebuah makalah yang baik memiliki unsur:
1.      Data yang digunakan mempunyai validitas yang tinggi dan analisis serta interpretasi haruslah objektif.
2.      Makalah harus mampu menunjukkan kejujuran ilmiah penulis.
3.      Penulis makalah harus menyebutkan dengan jelas sumber data dan pendapat yang digunakan dalam makalahnya.
4.      Makalah harus menggunakan bahasa yang jelas, singkat, sederhana, dan teliti. Makalah harus sistematis dan utuh.
SKRIPSI
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. [1]
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Istilah skripsi sebagai tugas akhir sarjana hanya digunakan di Indonesia. Negara lain, seperti Australia menggunakan istilah thesis untuk penyebutan tugas akhir dengan riset untuk jenjang undergraduate (S1), postgraduate (S2), Ph.D. dengan riset (S3) dan disertation untuk tugas riset dengan ukuran yang kecil baik undergraduate (S1) ataupun postgraduate (pascasarjana). Sedangkan di Indonesia skripsi untuk jenjang S1, tesis untuk jenjang S2, dan disertasi untuk jenjang S3.
Dalam penulisan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh satu atau dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi tempat mahasiswa kuliah. Untuk penulisan skripsi yang dibimbing oleh dua orang, dikenal istilah Pembimbing I dan Pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan bila dibanding dengan Pembimbing II.
Proses penyusunan skripsi berbeda-beda antara satu kampus dengan yang lain. Namun umumnya, proses penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
1.       Pengajuan judul skripsi
2.       Pengajuan proposal skripsi
3.       Seminar proposal skripsi
4.       Penelitian
5.       Setelah penulisan dianggap siap dan selesai, mahasiswa mempresentasikan hasil karya ilmiahnya tersebut pada Dosen Penguji (sidang tugas akhir).
6.       Mahasiswa yang hasil ujian skripsinya diterima dengan revisi, melakukan proses revisi sesuai dengan masukan Dosen Penguji.
Terdapat juga proses penyusunan skripsi yang cukup ringkas sebagai berikut:
1.       Pengajuan judul skripsi/meminta topik skripsi dari dosen
2.       Penelitian dan bimbingan skripsi
3.       Seminar
4.       Sidang
5.       Revisi

JURNAL
Jurnal penelitian adalah sebuah laporan peneliti tentang hasil penelitian yang telah dilakukan secara ilmiah. Pada dasarnya, sebagian besar jurnal penelitian dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya tergantung dari metode yang dipakai dalam pembuatan dan penyusunan laporan jurnal penelitian. Biasanya laporan jurnal penelitian dimasukkan dalam terbitan kumpulan jurnal bersama-sama dengan laporan Peneliti lain.
Banyak manfaat yang bisa diambil dari sebuah jurnal penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.        Sebagai bahan yang shahih dan ilmiah untuk dijadikan referensi pengambilan keputusan.
2.    Sebagai bahan referensi penelitian yang akan menguji keshahihan yang sudah diyakini benar  sebelumnya.
3.        Media bertukar informasi, memaparkan secara ilmiah berdasarkan fakta yang ada.
Walaupun demikian, kita tetap harus dapat memilih jurnal-jurnal penelitian yang bagaimana, yang tepat kita baca apalagi untuk dijadikan referensi. Berikut ciri-ciri jurnal penelitian yang sebaiknya ada pada jurnal penelitian yang kita pilih:
1.        Pilih jurnal yang bahasanya mudah dimengerti. Biasanya memang jurnal berbahasa Inggris kurang diminati tetapi sebenarnya jurnal semacam ini lebih baik dibandingkan dengan jurnal yang berbahasa Indonesia.
2.        Pastikan dalam jurnal tersebut terdapat gambar kerangka penelitian yang digunakan. Kerangka semacam ini akan mempermudah kita untuk menentukan di posisi mana perbedaan penelitian kita bahkan kita bisa menunjukkan kemutakhiran skripsi kita dibandingkan hasil penelitian jurnal trersebut.
3.        Periksa apakah dalam jurnal tersebut terdapat bagian yang menyajikan kuesioner atau minimal ada penjelasan tentang definisi operasional dan indikator penelitiannya. Jika ada dan kita menggunakan variabel yang sama maka dengan adanya informasi ini sangat mempermudah kita dalam penulisan kerangkan pemikiran dalam penelitian kita, karena kita bisa langsung menggunakan kuesioner tersebut dalam penelitian yang akan dilakukan.
4.        Jangan lupa memeriksa bagian belakang jurnal, jika ada bagian “executive summary” nah, bagian ini merupakan bagian rangkuman isi keseluruhan jurnal sehingga mempercepat kita memahami isi jurnal. Tidak semua jurnal memiliki bagian ini.
5.        Periksa daftar pustaka jurnal tersebut, untuk mengetahui referensi apa saja yang diambil oleh peneliti, dalam penulisan dan pengambilan keputusan dalam penelitian tersebut.


MAKALAH KONSERVASI AIR EFEK TANAMAN MANGROVE TERHADAP TSUNAMI


MAKALAH KONSERVASI AIR 
EFEK TANAMAN MANGROVE TERHADAP TSUNAMI 



DOSEN PEMBIMBING
Diyanti, ST,MT.

DISUSUN OLEH
Chintya Adelika Nababan (18316198)





FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018


KATA PENGANTAR


 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Efek Tanaman Mangrove Terhadap Tsunami” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen Softskill mata pelajaran Penulisan dan Presentasi yang diajarkan oleh Ibu Diyanti, ST, MT. yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun saya mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa di dalam makalah yang telah saya susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya maklah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, saya berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.
Depok, 3 November 2018


Penulis



DAFTAR ISI


COVER ....................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................5.. 5
1.1      LATAR BELAKANG.. 5 ..................................................................................5
1.2      RUMUSAN MASALA ................................................................................6
1.3      TUJUAN.. 6 ......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................7.. 7
2.1      PENGERTIAN MANGROVE.. 7 ....................................................................7
2.2      FUNGSI MANGROVE.. 8 ...............................................................................8
2.3.1      Hutan Mangrove Positif Aspek. 8 .................................................................8
2.3.2      Hutan Mangrove Negatif Aspek. 9 ...............................................................9
2.4      METODE VEGETATIF PADA MANGROVE.. 9 ...........................................9
BAB III PENUTUP ................................................................................................12
3.1      KESIMPULAN.. 12.............................................................................................12
3.2      SARAN.. 12 ........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................13




BAB I

PENDAHULUAN



1.1                            LATAR BELAKANG

Konservasi sumber daya air adalah usaha untuk memelihara keberadaan, sifat dan fungsi, serta keberlanjutan sumber daya air supaya senantiasa tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis.

1.2                            RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makala ini yaitu sebagai berikut :
1.         Apa fungsi dari tumbuhan mangrove?
2.         Bagaimana ilustrasi efek mangrove pada tsunami?

 

1.3                            TUJUAN

Tujuan penulis membuat makala ini adalah
1.      Untuk mengetahui apa saja fungsi yang ada pada tumbuhan mangrove
2.      Untuk mengetahui ilustrasi efek mangrove terhadap tsunami

BAB II

PEMBAHASAN



2.1              PENGERTIAN MANGROVE

Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (dalam Harianto, 1999), hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Sedangkan menurut Soerianegara mendevinisikan hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh:
1.             tidak terpengaruh iklim
2.             dipengaruhi pasang surut
3.             tanah tergenang air laut
4.             tanah rendah pantai
5.             hutan tidak mempunyai struktur tajuk.
Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat terdapat  disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut. Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-batu. Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu tergenang air tawar. Oleh karena itu, hutan rawa terdapat di daerah yang landai, biasanya terletak di belakang hutan payau.


2.2              FUNGSI MANGROVE

Fungsi ekosistem mangrove  mencakup fungsi  fisik (menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan mangrove memiliki fungsi salah satunya yang sangat mencolok yaitu hutan mangrove secara mencolok mengurangi dampak negatif dari bencana tsunami di pesisir pantai berbagai Negara di Asia. Hal ini terjadi karena adanya jenis tanaman mangrove yaitu Rhizophora. Rhizophora memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun Rhizophora (bakau). Hutan mangrove mengurangi dampak tsunami melalui dua cara, yaitu: kecepatan air berkurang karena pergesekan dengan hutan mangrove yang lebat, dan volume air dari gelombang tsunami yang sampai ke daratan menjadi sedikit karena air tersebar ke banyak saluran (kanal) yang terdapat di ekosistem mangrove.

2.3             ANALISIS EFEK MANGROVE TERHADAP TSUNAMI

Kegunaan serta keefektifan perlindungan Mangrove Forest terhadap bencana tsunami belum dipahami secara menyeluruh (relatively poorly understood)

2.3.1                      Hutan Mangrove Positif Aspek

Ditinjau dari aspek positifnya, hutan bakau dapat berfungsi untuk mengurangi abrasi pantai dan berperan sebagai penghalang alamiah terhadap typhoon, cyclones, hurricanes dan tsunami. Mangrove trees species that inhabit lower tidal zones  dapat menahan atau mengurangi gelombang dengan akar yang memiliki tinggi 30cm sampai 1m dari circumference. Pepohonan yang ada pada kawasan  Hutan Bakau dapat melindungi daratan dari hempasan angin dan memperthankan sedimen tanah pada akarnya yang menjaga kemiringan pantai sehingga dapat menyerap kekuatan dari tidal waves.
 Dalam beberpa “EXPERIMEN” yang dilakukan oleh EqTAP menunjukan bahwa melalui analis permodelan bahwa Mangrove dengan luas 100m dan didalamnya terdapat 30 batang pohon akan dapat mengurangi kecepatan aliran tsunami sebesar 90%(Mangroves Natural Defences Againts Tsunamy, Env ironmental Justice Fondation).

2.3.2           Hutan Mangrove Negatif Aspek

Hutan mangrove ternyata ditemukan aspek negatifnya, seperti pada tsunami yang terjadi di NAD merupakan salah satu Tsunami terbesar sepanjang sejarah dan tidak ada yang dapat mengurangi kekuatannya. Hutan Bakau  dengan kondisi yang tidak terwat dengan tingkat kerimbunan yang rendah (jarak antar pepohonan berjauhan) akan tersapu tsunami dan dapat menjadi “proyektil” yang dilontarkan bersama gelombang tsunami menghancurkan segala sesuatu yang ada dihadapannya dan menjadi penyebab hilanya nyawa dan rusaknya fasilitas infrastruktur.

2.4              METODE VEGETATIF PADA MANGROVE

Untuk melakukan penilaian efek tsunami, diberikan beberapa ilustrasi yaitu apabila terjadi tsunami yang relatif kecil, dengan ketinggian <3m, maka hutan mangrove dapat menahan hantaman tsunami sehingga tidak mencapai areal pemukiman. Selain aspek tsunaminya yang kecil, juga ketinggian dan kerapatan mangrove perlu diperhitungkan. etapi apabila tsunami yang terjadi sangat besar, seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004 yang mencapai 28 m, maka mangrove tidak akan mampu menahan terjangan tsunami. Ketinggian mangrove bisa mencapai 3-10 m, dan tidak signifikan untuk membendung arus tsunami hingga 20-30m. Akibatnya mangrove akan tercerabut dari akarnya dan ikut beterbangan bersama air dan justru menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang diterjang. Air justru akan membawa massa yang lebih banyak, dan akan semakin merusak.
Kemungkinan lain, mangrove tidak mengalami kerusakan, walaupun tsunami yang datang jauh lebih tinggi. Mangrove “dilompati” oleh tsunami tetapi tidak mengalami kerusakan.Tapi apa yang terjadi? Mangrove menjadi semacam “dam’ yang membendung arus balik. Air yang menerjang daratan, kemudian akan mengalir kembali ke lautan. Tetapi karena ada hutan mangrove yang masih rapat dan bagus, maka akses menjadi terhambat. Hal itu mengakibatkan areal pemukiman yang dilanda tsunami semakin lama terendam.

Gambar 2.1 Efek pohon mangrove terhadap tsunami
Kemampuan Hutan Bakau Dalam Menghadapai Tsunamy Tergantung Pada
1.      Karakter Tsunami
a.         Energy gelombang.
b.         Tinggi Gelombang.
c.         Bathymetry (Topografi dasar laut)
d.        Topografi Pantai
2.      Karakter Hutan Bakau
a.       Lebar Hutan Bakau.
b.      To A Lesser Extend.
c.       Tinggi Tanaman Bakau.
d.      Kerapatan Hutan Bakau.
Spesies Pohon Yang ada. Hutan Bakau akan menjadi lebih kuat menghadapi tsunami jika didukung oleh adanya green belt of other trees, vegetated coastal dunes, sea grass bed dan gugusan karang
Ketinggian mangrove rata-rata pada kawasan mangrove alami di Teluk Bintuni, Papua Barat adalah 10 m. Ketinggian ini adalah cukup, untuk membendung ketinggian gelombang tsunami antara 10-15 m.



BAB III

PENUTUP

3.1              KESIMPULAN

Fungsi ekosistem mangrove  mencakup fungsi  fisik (menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan mangrove hanya efektif untuk mencegah dampak buruk tsunami apabila:
1.      Ketinggian tsunami yang terjadi <3m
2.      Hutan Mangrove terawat dengan baik
Sedangkan apabila tsunami yang terjadi sangat besar (20-50m), maka hutan mangrove justru akan merugikan. Karena mangrove akan rusak dan menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang dilanda tsunami, dan menimbulkan kerusakan yang lebih besar.

3.2              SARAN

 Mangrove merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah untuk mengurangi dampak dari tsunami, saran dari penulis adalah hutan mangrove sebaiknya bisa dilestarikan atau bisa juga melakukan kegiatan reboisasi didaerah tempat yang rawan terhadap tsunami.


DAFTAR PUSTAKA 

http://blog.umy.ac.id/restufaizah/efek-mangrove-terhadap-ancaman-tsunami/
https://nawarsyarif.blogspot.com/
https://worldofnaveezha.wordpress.com/2013/04/07/makalah-hutan-mangrove/