KONSERVASI AIR
EFEK TANAMAN MANGROVE TERHADAP TSUNAMI
Chintya
Adelika Nababan
Mahasiswi
Jurusan Teknik Sipil, Faskultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas
Gunadarma
Email
: cynthiaadelika@gmail.com
ABSTRAK
Hutan
bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu
jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata
memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut.
Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang
berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering
diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan
mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari
air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau
erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat
habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun
secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan
penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun
secara biologis. Hutan mangrove juga memiliki fungsi untuk meredam gelombang
air pada saat tsunami dibantu oleh akar dari tumbuhan mangrove yang kuat.
Kata Kunci : Hutan
Mangrove, Tsunami
ABSTRACT
Mangrove forests or commonly known as Mangroove
is one type of forest that cannot and is protected forest, which has many
functions to keep the land from tides. The mangrove plants themselves are very
located on the edge of the beach which is directly adjacent to the sea.
Mangrove forests are also often termed as coast guards, because mangroves in
particular are the first thing that will guarantee the beach or even from the
air. Ecologically, mangrove forests can be a barrier to abrasion or erosion,
waves or strong winds, sea air controllers and habitat for various types of
fauna. Mangrove ecosystems, both independently and together with grassland and
coral ecosystems, are useful in stabilizing ecosystems, both physically and
biologically. Mangrove forests also have a function to reduce waves during the
tsunami assisted by the roots of strong mangrove plants.
Keywords: Mangrove Forest, Tsunami
PENDAHULUAN
Konservasi
sumber daya air adalah usaha untuk memelihara keberadaan, sifat dan fungsi,
serta keberlanjutan sumber daya air supaya senantiasa tersedia dalam kualitas
dan kuantitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang.Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar
81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir
laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang
produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain
itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan,
pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini
menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai
harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi
estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan
ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir
dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber
keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir
dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan
bakau atau yang biasa dikenal dengan istilah Mangroove merupakan salah satu
jenis hutan yang meskipun tidak selebat dan sebesar hutan lindung, ternyata
memiliki banyak fungsi untuk menjaga daratan dari pasang surut air laut.
Tumbuhan mangrove sendiri memang kebanyakan berada di pinggir pantai yang
berbatasan langsung dengan laut. Hutan mangrove juga biasanya sering
diistilahkan sebagai penjaga pantai, karena memang secara harafiah hutan
mangrove merupakan hal pertama yang akan menjaga pantai atau pun daratan dari
air laut. Secara ekologis hutan mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau
erosi, gelombang atau angin kencang, pengendali intrusi air laut dan tempat
habitat berbagai jenis fauna. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun
secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, berperan
penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun
secara biologis.
PENGERTIAN MANGROVE
Hutan
mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut
Steenis (dalam Harianto, 1999), hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang
tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove merupakan sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropis yang didominasi
oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan
untuk tumbuh dalam perairan asin.
Sedangkan
menurut Soerianegara mendevinisikan hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang
dicirikan oleh:
1.
tidak terpengaruh
iklim
2.
dipengaruhi pasang
surut
3.
tanah tergenang air
laut
4.
tanah rendah pantai
5.
hutan tidak mempunyai
struktur tajuk.
Hutan
mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan pantai yaitu hutan
yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah mengalami
genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat terdapat disepanjang pantai yang curam di atas garis
pasang air laut. Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan
mungkin berbatu-batu. Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam
kawasan yang selalu tergenang air tawar. Oleh karena itu, hutan rawa terdapat di
daerah yang landai, biasanya terletak di belakang hutan payau.
FUNGSI MANGROVE
Fungsi
ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik (menjaga garis pantai agar tetap
stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat
perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan
ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung,
habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan
bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan,
obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak,
pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan
mangrove memiliki fungsi salah satunya yang sangat mencolok yaitu hutan
mangrove secara mencolok mengurangi dampak negatif dari bencana tsunami di
pesisir pantai berbagai Negara di Asia. Hal ini terjadi karena adanya jenis
tanaman mangrove yaitu Rhizophora. Rhizophora memantulkan, meneruskan dan
menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi
gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun Rhizophora (bakau). Hutan
mangrove mengurangi dampak tsunami melalui dua cara, yaitu: kecepatan air
berkurang karena pergesekan dengan hutan mangrove yang lebat, dan volume air
dari gelombang tsunami yang sampai ke daratan menjadi sedikit karena air
tersebar ke banyak saluran (kanal) yang terdapat di ekosistem mangrove.
ANALISIS
EFEK MANGROVE TERHADAP TSUNAMI
Kegunaan
serta keefektifan perlindungan Mangrove Forest terhadap bencana tsunami belum
dipahami secara menyeluruh (relatively poorly understood)
a.
Hutan Mangrove Positif
Aspek
Ditinjau
dari aspek positifnya, hutan bakau dapat berfungsi untuk mengurangi abrasi
pantai dan berperan sebagai penghalang alamiah terhadap typhoon, cyclones,
hurricanes dan tsunami. Mangrove trees species that inhabit lower tidal
zones dapat menahan atau mengurangi
gelombang dengan akar yang memiliki tinggi 30cm sampai 1m dari circumference.
Pepohonan yang ada pada kawasan Hutan
Bakau dapat melindungi daratan dari hempasan angin dan memperthankan sedimen
tanah pada akarnya yang menjaga kemiringan pantai sehingga dapat menyerap
kekuatan dari tidal waves.
Dalam
beberpa “EXPERIMEN” yang dilakukan oleh EqTAP menunjukan bahwa melalui analis
permodelan bahwa Mangrove dengan luas 100m dan didalamnya terdapat 30 batang
pohon akan dapat mengurangi kecepatan aliran tsunami sebesar 90%(Mangroves
Natural Defences Againts Tsunamy, Env ironmental Justice Fondation).
b. Hutan
Mangrove Negatif Aspek
Hutan
mangrove ternyata ditemukan aspek negatifnya, seperti pada tsunami yang terjadi
di NAD merupakan salah satu Tsunami terbesar sepanjang sejarah dan tidak ada
yang dapat mengurangi kekuatannya. Hutan Bakau
dengan kondisi yang tidak terwat dengan tingkat kerimbunan yang rendah
(jarak antar pepohonan berjauhan) akan tersapu tsunami dan dapat menjadi
“proyektil” yang dilontarkan bersama gelombang tsunami menghancurkan segala
sesuatu yang ada dihadapannya dan menjadi penyebab hilanya nyawa dan rusaknya
fasilitas infrastruktur.
METODE
VEGETATIF PADA MANGROVE
Untuk
melakukan penilaian efek tsunami, diberikan beberapa ilustrasi yaitu apabila
terjadi tsunami yang relatif kecil, dengan ketinggian <3m, maka hutan
mangrove dapat menahan hantaman tsunami sehingga tidak mencapai areal
pemukiman. Selain aspek tsunaminya yang kecil, juga ketinggian dan kerapatan
mangrove perlu diperhitungkan. etapi apabila tsunami yang terjadi sangat besar,
seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004 yang mencapai 28 m, maka mangrove tidak
akan mampu menahan terjangan tsunami. Ketinggian mangrove bisa mencapai 3-10 m,
dan tidak signifikan untuk membendung arus tsunami hingga 20-30m. Akibatnya
mangrove akan tercerabut dari akarnya dan ikut beterbangan bersama air dan
justru menjadi “proyektil” bagi pemukiman yang diterjang. Air justru akan
membawa massa yang lebih banyak, dan akan semakin merusak.
Kemungkinan
lain, mangrove tidak mengalami kerusakan, walaupun tsunami yang datang jauh
lebih tinggi. Mangrove “dilompati” oleh tsunami tetapi tidak mengalami
kerusakan.Tapi apa yang terjadi? Mangrove menjadi semacam “dam’ yang membendung
arus balik. Air yang menerjang daratan, kemudian akan mengalir kembali ke
lautan. Tetapi karena ada hutan mangrove yang masih rapat dan bagus, maka akses
menjadi terhambat. Hal itu mengakibatkan areal pemukiman yang dilanda tsunami
semakin lama terendam.
Gambar
2.1 Efek pohon mangrove terhadap tsunami
Kemampuan
Hutan Bakau Dalam Menghadapai Tsunamy Tergantung Pada
1. Karakter
Tsunami
a.
Energy gelombang.
b.
Tinggi Gelombang.
c.
Bathymetry (Topografi
dasar laut)
d.
Topografi Pantai
2. Karakter
Hutan Bakau
a. Lebar
Hutan Bakau.
b. To
A Lesser Extend.
c. Tinggi
Tanaman Bakau.
d. Kerapatan
Hutan Bakau.
Spesies
Pohon Yang ada. Hutan Bakau akan menjadi lebih kuat menghadapi tsunami jika
didukung oleh adanya green belt of other
trees, vegetated coastal dunes, sea grass bed dan gugusan karang
Ketinggian
mangrove rata-rata pada kawasan mangrove alami di Teluk Bintuni, Papua Barat
adalah 10 m. Ketinggian ini adalah cukup, untuk membendung ketinggian gelombang
tsunami antara 10-15.
KESIMPULAN
Fungsi
ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik (menjaga garis pantai agar tetap
stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat
perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan
ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung,
habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan
bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan,
obat-obatan & minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak,
pupuk, produksi kertas & tannin.
Hutan
mangrove hanya efektif untuk mencegah dampak buruk tsunami apabila:
1. Ketinggian
tsunami yang terjadi <3m
2. Hutan
Mangrove terawat dengan baik
Sedangkan apabila
tsunami yang terjadi sangat besar (20-50m), maka hutan mangrove justru akan
merugikan. Karena mangrove akan rusak dan menjadi “proyektil” bagi pemukiman
yang dilanda tsunami, dan menimbulkan kerusakan yang lebih besar