Rabu, 14 Juni 2017

LEADERSHIP STYLES



LEADERSHIP

Pemimpin adalah orang yang membantu diri sendiri dan orang lain melakukan hal yang benar (do right things), dengan menciptakan arah tujuan, membangun visi yang inspiratif serta menciptakan sesuatu.  Kepemimpinan adalah cara Anda membuat peta perjalanan untuk menang sebagai tim dan organisasi.  Dan dalam kepemimpinan yang baik akan terdapat ketrampilan manajemen yang handal sehingga mampu membimbing orang-orang berlaku efektif efisien.
Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Perbedaan gaya kepemimpinan tersebut tidak semata-mata karena watak dari pemimpin. Gaya kepemimpinan merupakan wujud dari usaha pemimpin untuk menghadapi anak buahnya yang sangat bervariasi pemikiran dan tingkah lakunya.
Mondy (1991) juga menjelaskan bahwa ada pula empat macam pengelompokan gaya kepemimpinan yang dapat diikuti. Gaya kepemimpinan tersebut adalah S1-Telling, S2-Selling, S3-Participating dan S4-Delegating. Masing-masing dari gaya kepemimpinan tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan yang juga merupakan pembeda dari setiap gaya kepemimpinan.
1.      S1 (Telling)
Gaya kepemimpinan ini sangat senang mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan atau bertukar pikiran dengan anak buahnya. Pemimpin bergaya ini selalu memberikan instruksi yang jelas lalu mengawasi secara ketat anak buahnya serta selalu memberikan penilaian tersendiri pada mereka. Jadi pemimpin ini selalu ingin tahu apakah instruksinya sudah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Ciri-ciri khusus dari gaya kepemimpinan ini yaitu:
With the S1 (telling) high-task, low-relationship leadership style, the leader uses one-way communication, defining the objectives and roles of employees and telling employees what, how, when and where to do the work. This style is appropriate for managers dealing with subordinates who lack-relevant readiness¾for ex-sample, those who are relatively new an inexperienced (Mondy, 1991).
Maksud dari pernyataan di atas yaitu gaya kepemimpinan ini menggunakan komunikasi satu arah, jarang terjadi hubungan yang erat antara pemimpin dan anak buahnya serta hanya memberikan tugas-tugas kepada anak buahnya. Pemimpin seperti ini selalu memperlihatkan apa yang dia inginkan dengan jelas. Hal ini tentunya sangat menguntungkan anak buahnya karena mereka akan tahu apa, bagaimana, kapan dan dimana tugas mereka harus dikerjakan. Namun hal ini juga mengakibatkan rasa ketergantungan yang tinggi anak buah terhadap pemimpinnya. Karena pimpinan mendominasi semua persoalan maka ide dan gagasan anak buah tidak berkembang karena komunikasi satu arah yang dilakukan pemimpinnya. Gaya kepemimpinan seperti ini sangat cocok untuk untuk menghadapi anak buah yang baru bergabung dan memiliki pengalaman serta kemampuan yang terbatas.
2.      S2 (Selling)
Pemimpin bergaya seperti ini melibatkan anak buahnya dalam pengambilan keputusan. Pemimpin tidak hanya membagi persoalannya dengan anak buahnya namun ia juga bersedia mendengarkan apa yang menjadi persoalan anak buahnya. Gaya kepemimpinan ini juga masih menonjolkan kejelasan pemimpin dalam memberikan instruksi meskipun tidak sekaku gaya kepemimpinan S1-telling.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah mengurangi ketergantungan anak buah terhadap pemimpinnya. Keputusan yang diambil pemimpin akan lebih mewakili tim daripada emosi pribadi pemimpin. Namun efisiensi yang tinggi dalam setiap pengambilan keputusan sulit untuk tercapai. Hal ini karena dibutuhkan waktu yang lebih untuk pembicaraan suatu masalah antara pemimpin dan anak buahnya. Gaya kepemimpinan ini sangat cocok untuk memimpin orang yang respek terhadap kemampuan maupun posisi pemimpin dan memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja sesuai harapan pemimpin namun dengan kemampuan yang terbatas.
3.      S3 (Participating)
Salah satu ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah kesediaan pemimpin untuk memberikan tanggung jawab dan kesempatan lebih bagi anak buahnya. Selain itu pemimpin bergaya seperti ini juga memberikan dukungan penuh mengenai apa yang mereka perlukan. Situasi seperti ini tentunya akan mendorong anak buah untuk berkembang dan memacu kreativitas.
As employees exhibit an increase in task-relevant readiness¾as they become more experienced and skilled, as well as more achievement-motivated and more willing to assume responsibility¾the leader should reduce the amount of task be-havior but continue the high level of emotional support and consideration. Continuing a high level of  relationship behavior is the manager’s way of reinforcing the em-ployees’ responsible performance. Thus, the S3 (participating) high-relationship and low-task behavior becomes the appropriate leadership style (Mondy, 1991).
Maksudnya, ketika anak buah sudah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih maka pemimpin bisa mengurangi instruksi untuk melaksanakan tugas-tugas. Demikian juga terhadap anak buah yang bermotivasi tinggi serta sangat responsif terhadap pemimpin maka tidak perlu memberikan instruksi yang berlebihan. Namun dukungan emosional dari pemimpin harus tetap dijalankan agar tercipta suasana yang menyenangkan dalam bekerja. Gaya kepemiimpinan ini memiliki kelemahan yaitu diperlukan waktu yang lebih lama dalam setiap pengambilan keputusan. Jadi pemimpin harus selalu mennyediakan wakttu yang lebih banyak untuk berdiskusi dengan anak buahnya.
4.      S4 (Delegating)
The S4 (delegating) low-relationship, low-task leadership style goes with the highest level of follower readiness. In this stage, the employees are at a high level of task-relevant readiness. They are skilled and experienced, possess of a high level of achievement motivation, and are capable of exercising self-control. At this point, they no longer need or expect a high level of task behavior from their leader (Mondy,1991).
Maksudnya adalah dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin tidak perlu lagi memberikan instruksi maupun dukungan emosional yang berlebihan kepada anak buahnya. Hal ini dikarenakan mereka sangat responsif dan tanggung jawab tinggi terhadap tugas mereka sendiri. Selain itu mereka juga sudah sangat berpengalaman dan memiliki kemampuan yang sangat bagus. Sehingga mereka tidak membutuhkan perintah yang diperjelas dari pemimpin mereka karena mereka bisa mengontrol diri mereka sendiri.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah anak buah sangat kreatif dan berkembang. Mereka merasa memiliki semua tugas yang tentu saja akan meringankan beban pemimpin. Selain itu pemimpin juga lebih mempunyai banyak waktu untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan perhatian lebih besar. Sedangkan kekurangan dari gaya kepemimpinan ini adalah saat anak buah membutuhkan keterlibatan pemimpin untuk menyelesaikan suatu masalah, maka ada kecenderungan pemimpin akan mengembalikan persoalan tersebut pada anak buahnya meskipun sebenarnya itu tugas pemimpin. Jadi sering terjadi kerancuan dalam pembagian tugas.

Sumber :
http://ikhtisar.com/apakah-arti-sebenarnya-pemimpin-dan-kepemimpinan-itu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar