LEADERSHIP
Pemimpin adalah orang yang membantu diri
sendiri dan orang lain melakukan hal yang benar (do right things),
dengan menciptakan arah tujuan, membangun visi yang inspiratif serta
menciptakan sesuatu. Kepemimpinan adalah cara Anda membuat peta
perjalanan untuk menang sebagai tim dan organisasi. Dan dalam
kepemimpinan yang baik akan terdapat ketrampilan manajemen yang handal sehingga
mampu membimbing orang-orang berlaku efektif efisien.
Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda. Perbedaan gaya kepemimpinan tersebut tidak semata-mata karena
watak dari pemimpin. Gaya kepemimpinan merupakan wujud dari usaha pemimpin untuk
menghadapi anak buahnya yang sangat bervariasi pemikiran dan tingkah lakunya.
Mondy (1991) juga menjelaskan bahwa ada pula empat
macam pengelompokan gaya kepemimpinan yang dapat diikuti. Gaya kepemimpinan
tersebut adalah S1-Telling, S2-Selling, S3-Participating
dan S4-Delegating. Masing-masing dari gaya kepemimpinan tersebut
memiliki kelemahan dan kelebihan yang juga merupakan pembeda dari setiap gaya
kepemimpinan.
1. S1
(Telling)
Gaya kepemimpinan ini sangat senang mengambil
keputusan sendiri tanpa melibatkan atau bertukar pikiran dengan anak buahnya.
Pemimpin bergaya ini selalu memberikan instruksi yang jelas lalu mengawasi
secara ketat anak buahnya serta selalu memberikan penilaian tersendiri pada
mereka. Jadi pemimpin ini selalu ingin tahu apakah instruksinya sudah
dilaksanakan dengan baik atau tidak. Ciri-ciri khusus dari gaya kepemimpinan
ini yaitu:
With the S1 (telling) high-task,
low-relationship leadership style, the leader uses one-way communication,
defining the objectives and roles of employees and telling employees what, how,
when and where to do the work. This style is appropriate for managers dealing
with subordinates who lack-relevant readiness¾for ex-sample, those who are relatively new an
inexperienced (Mondy,
1991).
Maksud dari pernyataan di atas yaitu gaya kepemimpinan
ini menggunakan komunikasi satu arah, jarang terjadi hubungan yang erat antara
pemimpin dan anak buahnya serta hanya memberikan tugas-tugas kepada anak
buahnya. Pemimpin seperti ini selalu memperlihatkan apa yang dia inginkan
dengan jelas. Hal ini tentunya sangat menguntungkan anak buahnya karena mereka
akan tahu apa, bagaimana, kapan dan dimana tugas mereka harus dikerjakan. Namun
hal ini juga mengakibatkan rasa ketergantungan yang tinggi anak buah terhadap
pemimpinnya. Karena pimpinan mendominasi semua persoalan maka ide dan gagasan
anak buah tidak berkembang karena komunikasi satu arah yang dilakukan
pemimpinnya. Gaya kepemimpinan seperti ini sangat cocok untuk untuk menghadapi
anak buah yang baru bergabung dan memiliki pengalaman serta kemampuan yang
terbatas.
2. S2
(Selling)
Pemimpin bergaya seperti ini melibatkan anak buahnya
dalam pengambilan keputusan. Pemimpin tidak hanya membagi persoalannya dengan
anak buahnya namun ia juga bersedia mendengarkan apa yang menjadi persoalan
anak buahnya. Gaya kepemimpinan ini juga masih menonjolkan kejelasan pemimpin
dalam memberikan instruksi meskipun tidak sekaku gaya kepemimpinan S1-telling.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah mengurangi
ketergantungan anak buah terhadap pemimpinnya. Keputusan yang diambil pemimpin
akan lebih mewakili tim daripada emosi pribadi pemimpin. Namun efisiensi yang
tinggi dalam setiap pengambilan keputusan sulit untuk tercapai. Hal ini karena
dibutuhkan waktu yang lebih untuk pembicaraan suatu masalah antara pemimpin dan
anak buahnya. Gaya kepemimpinan ini sangat cocok untuk memimpin orang yang
respek terhadap kemampuan maupun posisi pemimpin dan memiliki motivasi yang
tinggi untuk bekerja sesuai harapan pemimpin namun dengan kemampuan yang
terbatas.
3. S3
(Participating)
Salah satu ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah
kesediaan pemimpin untuk memberikan tanggung jawab dan kesempatan lebih bagi
anak buahnya. Selain itu pemimpin bergaya seperti ini juga memberikan dukungan
penuh mengenai apa yang mereka perlukan. Situasi seperti ini tentunya akan
mendorong anak buah untuk berkembang dan memacu kreativitas.
As employees exhibit an increase in
task-relevant readiness¾as they become more experienced and
skilled, as well as more achievement-motivated and more willing to assume
responsibility¾the leader should reduce the amount
of task be-havior but continue the high level of emotional support and
consideration. Continuing a high level of relationship behavior is the
manager’s way of reinforcing the em-ployees’ responsible performance. Thus, the
S3 (participating) high-relationship and low-task behavior becomes the
appropriate leadership style (Mondy, 1991).
Maksudnya, ketika anak buah sudah memiliki kemampuan
dan pengalaman yang lebih maka pemimpin bisa mengurangi instruksi untuk
melaksanakan tugas-tugas. Demikian juga terhadap anak buah yang bermotivasi
tinggi serta sangat responsif terhadap pemimpin maka tidak perlu memberikan
instruksi yang berlebihan. Namun dukungan emosional dari pemimpin harus tetap
dijalankan agar tercipta suasana yang menyenangkan dalam bekerja. Gaya
kepemiimpinan ini memiliki kelemahan yaitu diperlukan waktu yang lebih lama
dalam setiap pengambilan keputusan. Jadi pemimpin harus selalu mennyediakan
wakttu yang lebih banyak untuk berdiskusi dengan anak buahnya.
4.
S4 (Delegating)
The S4 (delegating)
low-relationship, low-task leadership style goes with the highest level of
follower readiness. In this stage, the employees are at a high level of
task-relevant readiness. They are skilled and experienced, possess of a high
level of achievement motivation, and are capable of exercising self-control. At
this point, they no longer need or expect a high level of task behavior from
their leader (Mondy,1991).
Maksudnya
adalah dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin tidak perlu lagi memberikan
instruksi maupun dukungan emosional yang berlebihan kepada anak buahnya. Hal
ini dikarenakan mereka sangat responsif dan tanggung jawab tinggi terhadap
tugas mereka sendiri. Selain itu mereka juga sudah sangat berpengalaman dan
memiliki kemampuan yang sangat bagus. Sehingga mereka tidak membutuhkan
perintah yang diperjelas dari pemimpin mereka karena mereka bisa mengontrol
diri mereka sendiri.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah anak buah
sangat kreatif dan berkembang. Mereka merasa memiliki semua tugas yang tentu
saja akan meringankan beban pemimpin. Selain itu pemimpin juga lebih mempunyai
banyak waktu untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan perhatian lebih
besar. Sedangkan kekurangan dari gaya kepemimpinan ini adalah saat anak buah
membutuhkan keterlibatan pemimpin untuk menyelesaikan suatu masalah, maka ada
kecenderungan pemimpin akan mengembalikan persoalan tersebut pada anak buahnya
meskipun sebenarnya itu tugas pemimpin. Jadi sering terjadi kerancuan dalam
pembagian tugas.
Sumber :
http://ikhtisar.com/apakah-arti-sebenarnya-pemimpin-dan-kepemimpinan-itu/